Mahasiswa Pastry 1 (P1) Kelas Siang Adu Gagasan Buat
Kreasi Packaging untuk Marketing sebagai Brand Owner
DEMI membekali pengetahuan
tentang Food Packaging untuk Marketing sebagai Brand Owner maka 20-an mahasiswa
Pastry 1 (P1) Akpar Majapahit terakreditasi A Kelas Siang, yang terbagi
dalam enam Kelompok Kerja, diminta tampil untuk mempresentasikan gagasan terbaiknya
di hadapan Dosen Pengajar Packaging Akpar Majapahit (Tristar
Group) Luthfi Alwi ST, di Lantai 4 Graha Tristar Surabaya, Kamis (20/02/2020)
siang.
Sebelum tampil di depan kelas, mahasiswa Pastry Class sudah dibekali Basics Packaging. Packaging is Art, Science & Technology. Kemasan adalah Seni, Ilmu
Pengetahuan dan Technology dengan menitikberatkan pada Food Packaging untuk
Marketing sebagai Brand Owner.
Pada satu sisi, kemasan dapat menunjang
pertumbuhan bisnis, tetapi juga dapat membuat bisnis Anda gagal. Oleh karena
itu perlu peran marketing. Marketing adalah fungsi yang berkaitan
dengan pemasaran sebagai sebuah proses dan visi masa depan, seperti yang
disarikan dari Marketing Science
Institute Research Priorities.
Menurut hasil kajian dari The Institute of Marketing, Marketing juga didefinisikan sebagai
proses manajemen yang bertanggung jawab untuk mengidentifikasi, antisipasi dan
memuaskan pelanggan sekaligus menguntungkan.
Hal ini berarti Pelanggan adalah Target Konsumen. Makanya, Marketing harus mengerti tentang kebutuhan dan keinginan pelanggan
yang amat kritikal demi suksesnya pemasaran. Peran marketing terutama mengatur relasi penting antara pelanggan dan
elemen dari perusahaan termasuk relasi pelanggan dengan Produk, Retail dan
Finansial.
Produk tanpa merek dan kemasan, konsumen
tidak tahu apa dan siapa pembuatnya. Tidak ada identifikasi maka boleh jadi
produk tersebut tidak dilirik konsumen. Kemasan produk yang baik dan menarik,
selain ditujukan untuk merebut hati konsumen demi mendongkrak pemasarannya,
juga harus bisa memudahkan penyimpanan dan pendistribusian produk tersebut
hingga ke pelosok.
Sebaliknya jika sebuah produk itu –sekalipun
berkualitas— jika kemasannya salah, meskipun ditata di rak utama tetap tidak
menarik konsumen untuk membelinya. Hal ini berarti kemasan salah bisa
menyebabkan gagalnya dalam pemasaran karena produk tidak bisa dijual.
Demi mengapresiasi gagasan ciamik dari enam
kelompok mahasiswa Pastry 1 (P1) Kelas Siang tentang pentingnya Food Packaging untuk Marketing sebagai Brand Owner, maka Kelompok 1 –personelnya Miranda
Theofilia E., Gaby Valentina dan Michelle Angela Jocelyn—mengusung Ochi Fichi (Fish & Chip) atau
Ikan dan Kentang Goreng, makanan dari Inggris yang disesuaikan dengan lidah
orang Indonesia.
Dalam presentasinya, Miranda menyebutkan
bahwa bentuk kemasan Ochi Fichi berupa
kotak persegi panjang berwarna putih karena satu produk makanan terdiri dari ikan
dan kentang goreng, sehingga membutuh tempat yang memadai. Ochi Fichi memakai logo ikan dalam lingkaran kuning.
Sedangkan Kelompok 2 –anggotanya Rahadian
Pambudi dan Dhinar R.P.—mengangkat Kedai
Mie Titi. Terinspirasi dari menu favorit anak muda milenial, Titi (anak
bungsu), sehingga owner-nya menamai Kedai Mie Titi.
Kemasan yang digunakan Rahadian, berupa box
balok yang memiliki struktur praktik,
mudah ditata dan bervolume tepat pada porsi yang disajikan. Packaging berwarna pink itu sebagai bentuk kasih sayang kepada konsumen (pelanggan),
memberikan produk yang terbaik dari segi rasa dan totalitas dalam penyajiannya.
Demi mudah diingat pelanggannya, Kedai Mie Titi menggunakan logo cantik
berupa mangkuk dan sumpit dengan ornamen mie serta sayur. Ketiga komponen ini
mempresentasikan apa yang menjadi produk dari Kedai Mie Titi.
Giliran yang maju presentasi adalah Kelompok 3 yang anggotanya terdiri dari
Eka Wahyu Wildani Putri, Fanny Angelia
dan Sekar Novianti. Kelompok 3 mengusung produk brownies, yang diberi nama The Brownie Bakery.
The
Brownie Bakery
memungkinkan pelanggannya mudah mengingat merek itu dari packaging-nya yang berbentuk box balok warna pink soft kombinasi
antara yoghurt dan strawberry yang cukup menarik dengan bagian cover-nya terdapat gambar brownies, yoghurt
dan strawberry.
The
Brownie Bakery
memiliki logo berupa lingkaran, sedangkan bentuk kota dalam logo bertuliskan
brownie bakery dan garis lengkung berbelok mengandung unsur grace (keindahan)
dan titik tebal mengisyaratkan kekuatan perusahaan yang tidak pernah putus.
Selanjutnya yang maju presentasi adalah Kelompok 4. Personel kelompok ini adalah
Chusnul Chotimah, Karizha Serafin dan
Olivia Putri Wijaya. Kelompok ini sepakat menjual Satay Pisang dengan merek
dagang Guedangg.
Kemasan Guedanggg
berbentuk persegi panjang agar satay pisang yang dijual bisa tertata rapi di
dalam kemasan tersebut. Kemasan berwarna kuning dan kombinasi putih memberi
arti jika warna kuning adalah warna buah pisang, sedang warna putih agar kemasan
lebih menarik dan tidak monoton berwarna kuning saja.
Menurut Olivia, logo yang diadopsi Guedangg berbentuk lingkaran dengan
gambar pisang di dalam logo. Gambar pisang sendiri menunjukkan bahwa owner-nya percaya diri dengan usaha yang
dirintisnya. Sedangkan warna kuning dalam logo diasosiasikan dengan kehangatan,
keramahan dan keceriaan dan warna kuning juga diyakini bisa memberikan energi yang
optimistis.
Selanjutnya Kelompok 5 yang tampil untuk presentasi di hadapan Dosen Pengajar Packaging Akpar Majapahit. Personel
Kelompok 5 sendiri terdiri dari Rifky dan Yoel. Kedua mahasiswa Pastry Class
mempersembahkan food packaging dari
wadah plastik bulat transparan dalam presentasinya di Lantai 4 Graha Tristar,
Kamis (22/02/2020) siang.
Merek dagang Dua Sinyo menjual Pisang Ijo itu persembahan dari Kelompok 5. Dari sisi desain logo Dua Sinyo yang diprestasikan Rifky dinilai sudah oke. Namun karena kemasannya dari wadah plastik bulat transparan dan informasi tentang produknya sendiri hanya terbatas, maka kemasan Dua Sinyo itu selayaknya disempurnakan lagi.
Sedangkan tiga personel Kelompok 6, yang terdiri dari
Tommy Juanda, Nathania Lesmana dan Aurellia Jocelyn, mengangkat nama produk
unggulannya dengan titel Monkey King,
yang inspiratif banget.
Produk Monkey
King sendiri merupakan pisang bakar
yang dikemas menarik demi memikat konsumen setianya. Pisang Bakar ini bahan
dasarnya berupa pisang yang merupakan makanan kesukaan monyet. Monkey King yang diusung diharapkan bisa
menjadi raja sesuai namanya.
”Kemasan Monkey
King menggunakan packaging
berbentuk kotak dengan bukaan di atasnya agar praktik dalam penggunaan untuk
mengambil makanan. Mengadopsi warna dominan kuning memberikan kesan
menyenangkan dan menarik untuk kastemernya. Di bagian atas kemasan juga memuat
info untuk keterangan rasa,” kata Tommy, presenter terakhir dari enam kelompok
kerja yang tampil siang itu.
Untuk logonya sendiri, pemilik merek dagang Monkey
King ini menggunakan gambar monyet yang mengenakan mahkota di atas kepala
dengan memegang bungkusan pisang. Dari logo tersebut punya kesan bahwa produk
pisang bakar bakal menjadi raja di dalam segmennya.
Menurut Luthfi Alwi, kemasan produk yang
tidak menarik dikesankan bahwa produk itu tidak enak. Inilah yang disebut bahwa
kemasan merupakan Silent of Salesman.
Fakta ini bisa dilihat dari promo produk yang ditata rapi di rak sebuah toko
swalayan.
Untuk bisa bersaing dengan produk sejenis,
kemasan produk harus menonjol –warna kemasan lebih ngejreng—di antaranya pesaingnya. Dengan tampilan seperti itu maka
produk tersebut lebih mudah dikomunikasikan kepada konsumen.
”Sebelum memastikan produk dengan kemasan
seperti itu diterima konsumen, ada baiknya dilakukan survei & riset dengan
melibatkan lembaga independen sekelas Survey
Research Indonesia (SRI) atau kalau dana risetnya terbatas, cukup Anda mengadakan
riset kecil-kecilan dengan melibatkan tetangga kanan kiri dalam lingkup
Kelurahan atau minimal RT/RW di mana Anda tinggal,” cetus Dosen Pengajar Packaging ini di ruang kerjanya, Jumat
(28/02/2020) siang.
Untuk mengukur kemasan produk Anda bagus,
Anda harus membandingkan dengan produk kompetitor. Misalnya, kripik pisang,
maka pembanding Anda tidak hanya produk sejenis yakni sesama kripik pisang,
melainkan juga kripik lain seperti kripik singkong, kripik kentang, kripik
ketela rambat, kripik talas.
Dalam berbagai diskusi seputar Food Packaging,
pihaknya selalu menekankan pentingnya keamanan produk makanan yang dijual. Artinya
aman di sini adalah produk tersebut steril dan layak untuk dikonsumsi. ”Jangan
sampai di kemasannya tertulis tanggal kedaluarsa sampai Januari 2020, ternyata
produk itu dibeli konsumen pada Februari 2020 barangnya sudah berjamur. Ini
sangat berbahaya bagi konsumen karena bisa saja menimbulkan keracunan kalau
dikonsumsi,” tandasnya.
Anda
tertarik dengan aneka kegiatan mahasiswa Akpar Majapahit di Gedung Graha
Tristar, silakan menghubungi Tim Marketing
di Front Office (FO) Akpar Majapahit
Graha Tristar Jl. Raya Jemursari 244
Surabaya, Telp. (031) 8433224-25, 081 330 350 822, 0812 3375 2227 (WA) atau
0813 5786 6283 (WA), sekarang juga. (ahn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar