twitter

Pages

Sabtu, 29 Februari 2020

Asyiknya Belajar Food Packaging for Marketing Bersama Luthfi Alwi ST


Mahasiswa Pastry 1 (P1) Kelas Siang Adu Gagasan Buat Kreasi Packaging untuk Marketing sebagai Brand Owner   

DEMI membekali pengetahuan tentang Food Packaging untuk Marketing sebagai Brand Owner maka 20-an mahasiswa Pastry 1 (P1) Akpar Majapahit terakreditasi A Kelas Siang, yang terbagi dalam enam Kelompok Kerja, diminta tampil untuk mempresentasikan gagasan terbaiknya di hadapan Dosen Pengajar Packaging Akpar Majapahit (Tristar Group) Luthfi Alwi ST, di Lantai 4 Graha Tristar Surabaya, Kamis (20/02/2020) siang.


Sebelum tampil di depan kelas, mahasiswa Pastry Class sudah dibekali Basics Packaging. Packaging is Art, Science & Technology. Kemasan adalah Seni, Ilmu Pengetahuan dan Technology dengan menitikberatkan pada Food Packaging untuk Marketing sebagai Brand Owner.

Pada satu sisi, kemasan dapat menunjang pertumbuhan bisnis, tetapi juga dapat membuat bisnis Anda gagal. Oleh karena itu perlu peran marketing. Marketing adalah fungsi yang berkaitan dengan pemasaran sebagai sebuah proses dan visi masa depan, seperti yang disarikan dari Marketing Science Institute Research Priorities.

Menurut hasil kajian dari The Institute of Marketing, Marketing juga didefinisikan sebagai proses manajemen yang bertanggung jawab untuk mengidentifikasi, antisipasi dan memuaskan pelanggan sekaligus menguntungkan.

Hal ini berarti Pelanggan adalah Target Konsumen. Makanya, Marketing harus mengerti tentang kebutuhan dan keinginan pelanggan yang amat kritikal demi suksesnya pemasaran. Peran marketing terutama mengatur relasi penting antara pelanggan dan elemen dari perusahaan termasuk relasi pelanggan dengan Produk, Retail dan Finansial.

Produk tanpa merek dan kemasan, konsumen tidak tahu apa dan siapa pembuatnya. Tidak ada identifikasi maka boleh jadi produk tersebut tidak dilirik konsumen. Kemasan produk yang baik dan menarik, selain ditujukan untuk merebut hati konsumen demi mendongkrak pemasarannya, juga harus bisa memudahkan penyimpanan dan pendistribusian produk tersebut hingga ke pelosok.

Sebaliknya jika sebuah produk itu –sekalipun berkualitas— jika kemasannya salah, meskipun ditata di rak utama tetap tidak menarik konsumen untuk membelinya. Hal ini berarti kemasan salah bisa menyebabkan gagalnya dalam pemasaran karena produk tidak bisa dijual.

Demi mengapresiasi gagasan ciamik dari enam kelompok mahasiswa Pastry 1 (P1) Kelas Siang tentang pentingnya Food Packaging untuk Marketing sebagai Brand Owner, maka Kelompok 1 –personelnya Miranda Theofilia E., Gaby Valentina dan Michelle Angela Jocelyn—mengusung Ochi Fichi (Fish & Chip) atau Ikan dan Kentang Goreng, makanan dari Inggris yang disesuaikan dengan lidah orang Indonesia.

Dalam presentasinya, Miranda menyebutkan bahwa bentuk kemasan Ochi Fichi berupa kotak persegi panjang berwarna putih karena satu produk makanan terdiri dari ikan dan kentang goreng, sehingga membutuh tempat yang memadai. Ochi Fichi memakai logo ikan dalam lingkaran kuning.

Sedangkan Kelompok 2 –anggotanya Rahadian Pambudi dan Dhinar R.P.—mengangkat Kedai Mie Titi. Terinspirasi dari menu favorit anak muda milenial, Titi (anak bungsu), sehingga owner-nya menamai Kedai Mie Titi.

Kemasan yang digunakan Rahadian, berupa box balok  yang memiliki struktur praktik, mudah ditata dan bervolume tepat pada porsi yang disajikan. Packaging berwarna pink itu sebagai bentuk kasih sayang kepada konsumen (pelanggan), memberikan produk yang terbaik dari segi rasa dan totalitas dalam penyajiannya.

Demi mudah diingat pelanggannya, Kedai Mie Titi menggunakan logo cantik berupa mangkuk dan sumpit dengan ornamen mie serta sayur. Ketiga komponen ini mempresentasikan apa yang menjadi produk dari Kedai Mie Titi.

Giliran yang maju presentasi adalah Kelompok 3 yang anggotanya terdiri dari Eka Wahyu Wildani Putri, Fanny Angelia dan Sekar Novianti. Kelompok 3 mengusung produk brownies, yang diberi nama The Brownie Bakery.

The Brownie Bakery memungkinkan pelanggannya mudah mengingat merek itu dari packaging-nya yang berbentuk box balok warna pink soft kombinasi antara yoghurt dan strawberry yang cukup menarik dengan bagian cover-nya terdapat gambar brownies, yoghurt dan strawberry.

The Brownie Bakery memiliki logo berupa lingkaran, sedangkan bentuk kota dalam logo bertuliskan brownie bakery dan garis lengkung berbelok mengandung unsur grace (keindahan) dan titik tebal mengisyaratkan kekuatan perusahaan yang tidak pernah putus.

Selanjutnya yang maju presentasi adalah Kelompok 4. Personel kelompok ini adalah Chusnul Chotimah, Karizha Serafin dan Olivia Putri Wijaya. Kelompok ini sepakat menjual Satay Pisang dengan merek dagang Guedangg.

Kemasan Guedanggg berbentuk persegi panjang agar satay pisang yang dijual bisa tertata rapi di dalam kemasan tersebut. Kemasan berwarna kuning dan kombinasi putih memberi arti jika warna kuning adalah warna buah pisang, sedang warna putih agar kemasan lebih menarik dan tidak monoton berwarna kuning saja.

Menurut Olivia, logo yang diadopsi Guedangg berbentuk lingkaran dengan gambar pisang di dalam logo. Gambar pisang sendiri menunjukkan bahwa owner-nya percaya diri dengan usaha yang dirintisnya. Sedangkan warna kuning dalam logo diasosiasikan dengan kehangatan, keramahan dan keceriaan dan warna kuning juga diyakini bisa memberikan energi yang optimistis.

Selanjutnya Kelompok 5 yang tampil untuk presentasi di hadapan Dosen Pengajar Packaging Akpar Majapahit. Personel Kelompok 5 sendiri terdiri dari Rifky dan Yoel. Kedua mahasiswa Pastry Class mempersembahkan food packaging dari wadah plastik bulat transparan dalam presentasinya di Lantai 4 Graha Tristar, Kamis (22/02/2020) siang. 

Merek dagang Dua Sinyo menjual Pisang Ijo itu persembahan dari Kelompok 5. Dari sisi desain logo Dua Sinyo yang diprestasikan Rifky dinilai sudah oke. Namun karena kemasannya dari wadah plastik bulat transparan dan informasi tentang produknya sendiri hanya terbatas, maka kemasan Dua Sinyo itu selayaknya disempurnakan lagi.

Sedangkan tiga personel Kelompok 6, yang terdiri dari Tommy Juanda, Nathania Lesmana dan Aurellia Jocelyn, mengangkat nama produk unggulannya dengan titel Monkey King, yang inspiratif banget.

Produk Monkey King sendiri merupakan pisang bakar yang dikemas menarik demi memikat konsumen setianya. Pisang Bakar ini bahan dasarnya berupa pisang yang merupakan makanan kesukaan monyet. Monkey King yang diusung diharapkan bisa menjadi raja sesuai namanya.

”Kemasan Monkey King menggunakan packaging berbentuk kotak dengan bukaan di atasnya agar praktik dalam penggunaan untuk mengambil makanan. Mengadopsi warna dominan kuning memberikan kesan menyenangkan dan menarik untuk kastemernya. Di bagian atas kemasan juga memuat info untuk keterangan rasa,” kata Tommy, presenter terakhir dari enam kelompok kerja yang tampil siang itu.

Untuk logonya sendiri, pemilik merek dagang Monkey King ini menggunakan gambar monyet yang mengenakan mahkota di atas kepala dengan memegang bungkusan pisang. Dari logo tersebut punya kesan bahwa produk pisang bakar bakal menjadi raja di dalam segmennya.

Menurut Luthfi Alwi, kemasan produk yang tidak menarik dikesankan bahwa produk itu tidak enak. Inilah yang disebut bahwa kemasan merupakan Silent of Salesman. Fakta ini bisa dilihat dari promo produk yang ditata rapi di rak sebuah toko swalayan.

Untuk bisa bersaing dengan produk sejenis, kemasan produk harus menonjol –warna kemasan lebih ngejreng—di antaranya pesaingnya. Dengan tampilan seperti itu maka produk tersebut lebih mudah dikomunikasikan kepada konsumen.

”Sebelum memastikan produk dengan kemasan seperti itu diterima konsumen, ada baiknya dilakukan survei & riset dengan melibatkan lembaga independen sekelas Survey Research Indonesia (SRI) atau kalau dana risetnya terbatas, cukup Anda mengadakan riset kecil-kecilan dengan melibatkan tetangga kanan kiri dalam lingkup Kelurahan atau minimal RT/RW di mana Anda tinggal,” cetus Dosen Pengajar Packaging ini di ruang kerjanya, Jumat (28/02/2020) siang.

Untuk mengukur kemasan produk Anda bagus, Anda harus membandingkan dengan produk kompetitor. Misalnya, kripik pisang, maka pembanding Anda tidak hanya produk sejenis yakni sesama kripik pisang, melainkan juga kripik lain seperti kripik singkong, kripik kentang, kripik ketela rambat, kripik talas.

Dalam berbagai diskusi seputar Food Packaging, pihaknya selalu menekankan pentingnya keamanan produk makanan yang dijual. Artinya aman di sini adalah produk tersebut steril dan layak untuk dikonsumsi. ”Jangan sampai di kemasannya tertulis tanggal kedaluarsa sampai Januari 2020, ternyata produk itu dibeli konsumen pada Februari 2020 barangnya sudah berjamur. Ini sangat berbahaya bagi konsumen karena bisa saja menimbulkan keracunan kalau dikonsumsi,” tandasnya.

Anda tertarik dengan aneka kegiatan mahasiswa Akpar Majapahit di Gedung Graha Tristar, silakan menghubungi Tim Marketing di Front Office (FO) Akpar Majapahit Graha Tristar Jl. Raya Jemursari 244 Surabaya, Telp. (031) 8433224-25, 081 330 350 822, 0812 3375 2227 (WA) atau 0813 5786 6283 (WA), sekarang juga. (ahn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar