Mahasiswa Culinary 1 (C1) Kelas Pagi Adu Kreasi Buat Kemasan
Cantik untuk Marketing sebagai Brand Owner
SEKARANG
giliran
18-an mahasiswa Culinary 1 (C1) Akpar
Majapahit terakreditasi A Kelas Pagi, yang dibekali pengetahuan tentang Food Packaging
untuk Marketing sebagai Brand Owner, oleh Dosen Pengajar Packaging Akpar Majapahit (Tristar
Group) Luthfi Alwi ST. 18 mahasiswa Culinary Class yang terbagi
dalam enam Kelompok Kerja itu kemudian diminta tampil untuk mempresentasikan
gagasan terbaiknya, terkait Food
Packaging untuk Marketing sebagai
Brand Owner, di hadapan Dosen Pengajar Packaging, di Lantai 4 Graha Tristar Surabaya, Kamis (12/03/2020)
pagi.
Sebelum tampil di depan kelas, mahasiswa Culinary Class sudah
dibekali Basics Packaging. Packaging is Art, Science & Technology.
Kemasan adalah Seni, Ilmu Pengetahuan dan Technology dengan menitikberatkan
pada Food Packaging untuk Marketing sebagai Brand Owner.
Pada satu sisi, kemasan dapat menunjang
pertumbuhan bisnis, tetapi juga dapat membuat bisnis Anda gagal. Oleh karena
itu perlu peran marketing. Marketing adalah fungsi yang berkaitan
dengan pemasaran sebagai sebuah proses dan visi masa depan, seperti yang
disarikan dari Marketing Science
Institute Research Priorities.
Menurut hasil kajian dari The Institute of Marketing, Marketing juga didefinisikan sebagai
proses manajemen yang bertanggung jawab untuk mengidentifikasi, antisipasi dan
memuaskan pelanggan sekaligus menguntungkan.
Hal ini berarti Pelanggan adalah Target Konsumen. Makanya, Marketing harus mengerti tentang kebutuhan dan keinginan pelanggan
yang amat kritikal demi suksesnya pemasaran. Peran marketing terutama mengatur relasi penting antara pelanggan dan
elemen dari perusahaan termasuk relasi pelanggan dengan Produk, Retail dan
Finansial.
Produk tanpa merek dan kemasan, konsumen
tidak tahu apa dan siapa pembuatnya. Tidak ada identifikasi maka boleh jadi
produk tersebut tidak dilirik konsumen. Kemasan produk yang baik dan menarik,
selain ditujukan untuk merebut hati konsumen demi mendongkrak pemasarannya,
juga harus bisa memudahkan penyimpanan dan pendistribusian produk tersebut
hingga ke pelosok.
Sebaliknya jika sebuah produk itu –sekalipun
berkualitas— jika kemasannya salah, meskipun ditata di rak utama tetap tidak
menarik konsumen untuk membelinya. Hal ini berarti kemasan salah bisa
menyebabkan gagalnya dalam pemasaran karena produk tidak bisa dijual.
Demi mengapresiasi ide brilian dari enam
kelompok mahasiswa Culinary 1 (P1) Kelas Pagi tentang pentingnya Food Packaging untuk Marketing sebagai Brand Owner, maka Kelompok 1
–personelnya Andi Afifah Zalfa Z.A., Annisa
Hanifatul Ilmi dan Cilya Ardianto—mengusung Daebakk Macaroni Pedas, merek
yang diadopsi dari bahasa Korea yang artinya luar biasa. Harapannya bahwa
produk yang dibuat tersebut bisa berkembang dengan pesat dan menghasilkan keuntungan
yang luar biasa.
Terdapat karakter dan ilustrasi yang
menunjukkan tingkat kepedasan rasa yang ditawarkan. Ilustrasi gambar cabai
merah mewakili tingkat kepedasan rasa macaroni yang dijual. Terdapat tiga
gambar cabai. Jika jumlah gambar cabai hanya satu, menandakan tingkat
kepedasannya rendah dan seterusnya.
Sedangkan Kelompok 2 –anggotanya Ni
Luh Putu Swastyari W., Muhammad Rafi Naufal dan Zulkarnaen Fikriansyah W—mengangkat
Jaan Cookies. Diambil dari bahasa
Bali yang artinya enak. Mereka optimistis jika cookies yang dibuat punya rasa yang enak dan disukai pembeli.
Pasalnya, kue kering ini dibuat memakai bahan organik yang diolah sepenuh jiwa,
sehingga menghasilkan cookies dengan chocolate chips yang enak.
Berbentuk kubus dengan gambar ilustrasi
sebuah mesin oven yang memberikan kesan ”baru keluar dari oven” saat membuka
kemasannya. Ilustrasi lain yang ada pada kemasan ini adalah sebuah gambar
perapian (kompor) di bagian depan dan gambar cookies di bagian belakangnya.
Bisa dipesan langsung dengan menghubungi
kontak yang ada di aplikasi Instagram (IG). Selain itu informasi yang
disampaikan tentang komposisi bahan organik yang digunakan, info gizi, takaran
saji, info kedaluarsa dan lain-lain bisa tersampaikan dengan jelas.
Giliran yang maju presentasi adalah Kelompok 3 yang anggotanya terdiri dari
Giovani Agustina W., Febiola Novitasari
dan Jessia Ronella Markho. Kelompok 3 mengusung produk minuman kesehatan
kekinian, yang diberi nama Morning
Whistle Coconut Water.
Dari nama merek minuman kesehatan ini, pesan
yang ingin disampaikan adalah minuman kesehatan yang berbahan perpaduan antara Pure Orange dan Coconut, disarankan untuk dikonsumsi pada pagi hari.
Pasalnya, minuman kesehatan ini diyakini
dapat menyehatkan tubuh dan memperkuat stamina, sehingga tidak mudah sakit.
Selain itu, minuman kekinian ini juga memberikan kesehatan bagi kulit dan organ
tubuh yang lainnya.
Kemasan ini bisa dikatakan sebagai kemasan
sekunder yang membungkus kemasan utama. Kemasan ini berisi kemasan utama. Jadi
kemasan yang dibuat ini hanya membungkus (mem-banded) enam kemasan minuman dan mengarahkan agar konsumen membeli
produk langsung enam pack.
”Untuk memikat hati konsumen, maka warna dan
gambar yang dipakai pada kemasan ini boleh dikatakan cukup menarik karena
bernuansa soft dan enak dilihat,”
kata Giovani, juru bicara Kelompok 3, saat presentasi di hadapan Dosen
Pengajar.
Selanjutnya yang maju presentasi adalah Kelompok 4. Personel kelompok ini
adalah BIntang Krisna Al Malik, Daniel
Pandu Damar S., dan Tio Nanda Nicosza. Kelompok ini sepakat menjual sandwich
dengan merek dagang La Isla Sandwich.
Diambil dari bahasa Spanyol yang artinya pulau. Maksud produk ini bisa
dinikmati oleh semua masyarakat Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau.
Menurut Krisna, kemasan La Isla Sandwich berbentuk segitiga, menyesuaikan bentuk sandwich yang tertutup rapi dengan
melubangi sebagian sisi kemasan dan dilapisi plastik, sehingga produk sandwich
tampak dari luar. Berukuran kecil karena sasaran pasarnya adalah anak-anak usia
5-15 tahun dengan harga yang terjangkau. ”Kami memilih warna hitam sebagai
warna dasar dari kemasan La Isla Sandwich karen ingin menonjolkan logo dan
merek kemasan ini agar mudah dikenali,” tandasnya.
Selanjutnya Kelompok 5 yang tampil untuk presentasi di hadapan Dosen Pengajar Packaging Akpar Majapahit. Personel
Kelompok 5 sendiri terdiri dari Antonius
Junior, Rio Dhamara Hergantara dan Zydan Prima Alzahri. Tiga mahasiswa Culinary
Class mempersembahkan food packaging
dari wadah persegi dari kertas karton untuk kemasan Big Donut-nya.
Dalam presentasinya di Lantai 4 Graha
Tristar, Kamis (12/03/2020) pagi, Rio menyebut nama produk andalannya Big Donut. Sesuai dengan namanya, ukuran
donat yang ditawarkan juga berukuran
besar, sehingga cukup dikonsumsi oleh 2-3 orang. Variasi rasa untuk topping donat yang ditawarkan
bermacam-macam sehingga tidak membosankan.
”Kemasan dengan warna dasar putih ini
terkesan simple tetapi nama merek dan
logo dibuat dengan bentuk dan warna yang mencolok, sehingga mudah dilihat dan
dikenali. Kami berani tampil beda dengan produk yang sudah eksis lebih dulu
karena ukuran yang dibuat memang besar namun tetap menjaga kualitas rasa donat,”
terang Rio.
Sedangkan tiga personel Kelompok 6, yang terdiri dari
Mellisa Sandra A., Dina Tharissa P., dan Mayleni Ayu C., mengangkat nama
produk unggulannya dengan titel Kukki,
yang inspiratif banget karena diambil dari bahasa Jepang yang artinya kue
kering. Kue kering merek Kukki ini ditawarkan dengan tekstur
padat, renyah dengan coklat lumer di tengahnya.
Logo sekaligus merek yang digunakan hanya
berbentuk tulisan tanpa gambar, berwarna merah dan menggunakan font yang mudah
dibaca. Gambar yang ditampilkan berupa sebuah kue kering yang tampak lumer
coklatnya. Hal ini tentu saja terlihat menggiurkan untuk dicoba.
”Kemasannya sendiri berbentuk kotak dengan
warna krem agar terkesan sederhana tapi elegan dan lebih menonjolkan gambar
lumeran coklat yang menggiurkan,” tandas Mellisa Sandra, yang dipercaya jadi juru
bicara Kelompok 6.
Sementara itu, Dosen Pengajar Packaging, Luthfi Alwi menerangkan, kemasan
produk yang tidak menarik dikesankan bahwa produk itu tidak enak. Inilah yang
disebut bahwa kemasan merupakan Silent of
Salesman. Fakta ini bisa dilihat dari promo produk yang ditata rapi di rak
sebuah toko swalayan.
Untuk bisa bersaing dengan produk sejenis,
kemasan produk harus menonjol –warna kemasan lebih ngejreng—di antaranya pesaingnya. Dengan tampilan seperti itu maka
produk tersebut lebih mudah dikomunikasikan kepada konsumen.
”Sebelum memastikan produk dengan kemasan
seperti itu diterima konsumen, ada baiknya dilakukan survei & riset dengan
melibatkan lembaga independen sekelas Survey
Research Indonesia (SRI) atau kalau dana risetnya terbatas, cukup Anda mengadakan
riset kecil-kecilan dengan melibatkan tetangga kanan kiri dalam lingkup
Kelurahan atau minimal RT/RW di mana Anda tinggal,” cetus Dosen Pengajar Packaging ini melalui WhatsApp (WA), Jumat (21/03/2020) siang.
Untuk mengukur kemasan produk Anda bagus,
Anda harus membandingkan dengan produk kompetitor. Misalnya, kripik pisang,
maka pembanding Anda tidak hanya produk sejenis yakni sesama kripik pisang,
melainkan juga kripik lain seperti kripik singkong, kripik kentang, kripik
ketela rambat, kripik talas.
Dalam berbagai diskusi seputar Food Packaging,
pihaknya selalu menekankan pentingnya keamanan produk makanan yang dijual.
Artinya aman di sini adalah produk tersebut steril dan layak untuk dikonsumsi.
”Jangan sampai di kemasannya tertulis tanggal kedaluarsa sampai Februari 2020,
ternyata produk itu dibeli konsumen pada Maret 2020 barangnya sudah berjamur.
Ini sangat berbahaya bagi konsumen karena bisa saja menimbulkan keracunan kalau
dikonsumsi,” pungkasnya.
Anda
tertarik dengan aneka kegiatan mahasiswa Akpar Majapahit di Gedung Graha
Tristar, silakan menghubungi Tim Marketing
di Front Office (FO) Akpar Majapahit
Graha Tristar Jl. Raya Jemursari 244
Surabaya, Telp. (031) 8433224-25, 081 330 350 822, 0812 3375 2227 (WA) atau
0813 5786 6283 (WA), sekarang juga. (ahn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar