twitter

Pages

Jumat, 20 Maret 2020

Melihat Mahasiswa Belajar Food Packaging for Marketing Bersama Luthfi Alwi ST

Mahasiswa Culinary 1 (C1) Kelas Pagi Adu Kreasi Buat Kemasan Cantik untuk Marketing sebagai Brand Owner  


SEKARANG giliran 18-an mahasiswa Culinary 1 (C1) Akpar Majapahit terakreditasi A Kelas Pagi, yang dibekali pengetahuan tentang Food Packaging untuk Marketing sebagai Brand Owner, oleh Dosen Pengajar Packaging Akpar Majapahit (Tristar Group) Luthfi Alwi ST. 18 mahasiswa Culinary Class yang terbagi dalam enam Kelompok Kerja itu kemudian diminta tampil untuk mempresentasikan gagasan terbaiknya, terkait Food Packaging untuk Marketing sebagai Brand Owner, di hadapan Dosen Pengajar Packaging, di Lantai 4 Graha Tristar Surabaya, Kamis (12/03/2020) pagi.

Sebelum tampil di depan kelas, mahasiswa Culinary Class sudah dibekali Basics Packaging. Packaging is Art, Science & Technology. Kemasan adalah Seni, Ilmu Pengetahuan dan Technology dengan menitikberatkan pada Food Packaging untuk Marketing sebagai Brand Owner.

Pada satu sisi, kemasan dapat menunjang pertumbuhan bisnis, tetapi juga dapat membuat bisnis Anda gagal. Oleh karena itu perlu peran marketing. Marketing adalah fungsi yang berkaitan dengan pemasaran sebagai sebuah proses dan visi masa depan, seperti yang disarikan dari Marketing Science Institute Research Priorities.

Menurut hasil kajian dari The Institute of Marketing, Marketing juga didefinisikan sebagai proses manajemen yang bertanggung jawab untuk mengidentifikasi, antisipasi dan memuaskan pelanggan sekaligus menguntungkan.

Hal ini berarti Pelanggan adalah Target Konsumen. Makanya, Marketing harus mengerti tentang kebutuhan dan keinginan pelanggan yang amat kritikal demi suksesnya pemasaran. Peran marketing terutama mengatur relasi penting antara pelanggan dan elemen dari perusahaan termasuk relasi pelanggan dengan Produk, Retail dan Finansial.

Produk tanpa merek dan kemasan, konsumen tidak tahu apa dan siapa pembuatnya. Tidak ada identifikasi maka boleh jadi produk tersebut tidak dilirik konsumen. Kemasan produk yang baik dan menarik, selain ditujukan untuk merebut hati konsumen demi mendongkrak pemasarannya, juga harus bisa memudahkan penyimpanan dan pendistribusian produk tersebut hingga ke pelosok.

Sebaliknya jika sebuah produk itu –sekalipun berkualitas— jika kemasannya salah, meskipun ditata di rak utama tetap tidak menarik konsumen untuk membelinya. Hal ini berarti kemasan salah bisa menyebabkan gagalnya dalam pemasaran karena produk tidak bisa dijual.

Demi mengapresiasi ide brilian dari enam kelompok mahasiswa Culinary 1 (P1) Kelas Pagi tentang pentingnya Food Packaging untuk Marketing sebagai Brand Owner, maka Kelompok 1 –personelnya Andi Afifah Zalfa Z.A., Annisa Hanifatul Ilmi dan Cilya Ardianto—mengusung Daebakk Macaroni Pedas, merek yang diadopsi dari bahasa Korea yang artinya luar biasa. Harapannya bahwa produk yang dibuat tersebut bisa berkembang dengan pesat dan menghasilkan keuntungan yang luar biasa.

Terdapat karakter dan ilustrasi yang menunjukkan tingkat kepedasan rasa yang ditawarkan. Ilustrasi gambar cabai merah mewakili tingkat kepedasan rasa macaroni yang dijual. Terdapat tiga gambar cabai. Jika jumlah gambar cabai hanya satu, menandakan tingkat kepedasannya rendah dan seterusnya.

Sedangkan Kelompok 2 –anggotanya Ni Luh Putu Swastyari W., Muhammad Rafi Naufal dan Zulkarnaen Fikriansyah W—mengangkat Jaan Cookies. Diambil dari bahasa Bali yang artinya enak. Mereka optimistis jika cookies yang dibuat punya rasa yang enak dan disukai pembeli. Pasalnya, kue kering ini dibuat memakai bahan organik yang diolah sepenuh jiwa, sehingga menghasilkan cookies dengan chocolate chips yang enak.

Berbentuk kubus dengan gambar ilustrasi sebuah mesin oven yang memberikan kesan ”baru keluar dari oven” saat membuka kemasannya. Ilustrasi lain yang ada pada kemasan ini adalah sebuah gambar perapian (kompor) di bagian depan dan gambar cookies di bagian belakangnya.

Bisa dipesan langsung dengan menghubungi kontak yang ada di aplikasi Instagram (IG). Selain itu informasi yang disampaikan tentang komposisi bahan organik yang digunakan, info gizi, takaran saji, info kedaluarsa dan lain-lain bisa tersampaikan dengan jelas.

Giliran yang maju presentasi adalah Kelompok 3 yang anggotanya terdiri dari Giovani Agustina W., Febiola Novitasari dan Jessia Ronella Markho. Kelompok 3 mengusung produk minuman kesehatan kekinian, yang diberi nama Morning Whistle Coconut Water.

Dari nama merek minuman kesehatan ini, pesan yang ingin disampaikan adalah minuman kesehatan yang berbahan perpaduan antara Pure Orange dan Coconut, disarankan untuk dikonsumsi pada pagi hari.

Pasalnya, minuman kesehatan ini diyakini dapat menyehatkan tubuh dan memperkuat stamina, sehingga tidak mudah sakit. Selain itu, minuman kekinian ini juga memberikan kesehatan bagi kulit dan organ tubuh yang lainnya.

Kemasan ini bisa dikatakan sebagai kemasan sekunder yang membungkus kemasan utama. Kemasan ini berisi kemasan utama. Jadi kemasan yang dibuat ini hanya membungkus (mem-banded) enam kemasan minuman dan mengarahkan agar konsumen membeli produk langsung enam pack.

”Untuk memikat hati konsumen, maka warna dan gambar yang dipakai pada kemasan ini boleh dikatakan cukup menarik karena bernuansa soft dan enak dilihat,” kata Giovani, juru bicara Kelompok 3, saat presentasi di hadapan Dosen Pengajar.

Selanjutnya yang maju presentasi adalah Kelompok 4. Personel kelompok ini adalah BIntang Krisna Al Malik, Daniel Pandu Damar S., dan Tio Nanda Nicosza. Kelompok ini sepakat menjual sandwich dengan merek dagang La Isla Sandwich. Diambil dari bahasa Spanyol yang artinya pulau. Maksud produk ini bisa dinikmati oleh semua masyarakat Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau.

Menurut Krisna, kemasan La Isla Sandwich berbentuk segitiga, menyesuaikan bentuk sandwich yang tertutup rapi dengan melubangi sebagian sisi kemasan dan dilapisi plastik, sehingga produk  sandwich tampak dari luar. Berukuran kecil karena sasaran pasarnya adalah anak-anak usia 5-15 tahun dengan harga yang terjangkau. ”Kami memilih warna hitam sebagai warna dasar dari kemasan La Isla Sandwich karen ingin menonjolkan logo dan merek kemasan ini agar mudah dikenali,” tandasnya.

Selanjutnya Kelompok 5 yang tampil untuk presentasi di hadapan Dosen Pengajar Packaging Akpar Majapahit. Personel Kelompok 5 sendiri terdiri dari Antonius Junior, Rio Dhamara Hergantara dan Zydan Prima Alzahri. Tiga mahasiswa Culinary Class mempersembahkan food packaging dari wadah persegi dari kertas karton untuk kemasan Big Donut-nya.

Dalam presentasinya di Lantai 4 Graha Tristar, Kamis (12/03/2020) pagi, Rio menyebut nama produk andalannya Big Donut. Sesuai dengan namanya, ukuran donat  yang ditawarkan juga berukuran besar, sehingga cukup dikonsumsi oleh 2-3 orang. Variasi rasa untuk topping donat yang ditawarkan bermacam-macam sehingga tidak membosankan.

”Kemasan dengan warna dasar putih ini terkesan simple tetapi nama merek dan logo dibuat dengan bentuk dan warna yang mencolok, sehingga mudah dilihat dan dikenali. Kami berani tampil beda dengan produk yang sudah eksis lebih dulu karena ukuran yang dibuat memang besar namun tetap menjaga kualitas rasa donat,” terang Rio.

Sedangkan tiga personel Kelompok 6, yang terdiri dari Mellisa Sandra A., Dina Tharissa P., dan Mayleni Ayu C., mengangkat nama produk unggulannya dengan titel Kukki, yang inspiratif banget karena diambil dari bahasa Jepang yang artinya kue kering. Kue kering merek Kukki ini ditawarkan dengan tekstur padat, renyah dengan coklat lumer di tengahnya.

Logo sekaligus merek yang digunakan hanya berbentuk tulisan tanpa gambar, berwarna merah dan menggunakan font yang mudah dibaca. Gambar yang ditampilkan berupa sebuah kue kering yang tampak lumer coklatnya. Hal ini tentu saja terlihat menggiurkan untuk dicoba.

”Kemasannya sendiri berbentuk kotak dengan warna krem agar terkesan sederhana tapi elegan dan lebih menonjolkan gambar lumeran coklat yang menggiurkan,” tandas Mellisa Sandra, yang dipercaya jadi juru bicara Kelompok 6.

Sementara itu, Dosen Pengajar Packaging, Luthfi Alwi menerangkan, kemasan produk yang tidak menarik dikesankan bahwa produk itu tidak enak. Inilah yang disebut bahwa kemasan merupakan Silent of Salesman. Fakta ini bisa dilihat dari promo produk yang ditata rapi di rak sebuah toko swalayan.

Untuk bisa bersaing dengan produk sejenis, kemasan produk harus menonjol –warna kemasan lebih ngejreng—di antaranya pesaingnya. Dengan tampilan seperti itu maka produk tersebut lebih mudah dikomunikasikan kepada konsumen.

”Sebelum memastikan produk dengan kemasan seperti itu diterima konsumen, ada baiknya dilakukan survei & riset dengan melibatkan lembaga independen sekelas Survey Research Indonesia (SRI) atau kalau dana risetnya terbatas, cukup Anda mengadakan riset kecil-kecilan dengan melibatkan tetangga kanan kiri dalam lingkup Kelurahan atau minimal RT/RW di mana Anda tinggal,” cetus Dosen Pengajar Packaging ini melalui WhatsApp (WA), Jumat (21/03/2020) siang.

Untuk mengukur kemasan produk Anda bagus, Anda harus membandingkan dengan produk kompetitor. Misalnya, kripik pisang, maka pembanding Anda tidak hanya produk sejenis yakni sesama kripik pisang, melainkan juga kripik lain seperti kripik singkong, kripik kentang, kripik ketela rambat, kripik talas.

Dalam berbagai diskusi seputar Food Packaging, pihaknya selalu menekankan pentingnya keamanan produk makanan yang dijual. Artinya aman di sini adalah produk tersebut steril dan layak untuk dikonsumsi. ”Jangan sampai di kemasannya tertulis tanggal kedaluarsa sampai Februari 2020, ternyata produk itu dibeli konsumen pada Maret 2020 barangnya sudah berjamur. Ini sangat berbahaya bagi konsumen karena bisa saja menimbulkan keracunan kalau dikonsumsi,” pungkasnya.

Anda tertarik dengan aneka kegiatan mahasiswa Akpar Majapahit di Gedung Graha Tristar, silakan menghubungi Tim Marketing di Front Office (FO) Akpar Majapahit Graha Tristar Jl. Raya Jemursari 244 Surabaya, Telp. (031) 8433224-25, 081 330 350 822, 0812 3375 2227 (WA) atau 0813 5786 6283 (WA), sekarang juga. (ahn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar