twitter

Pages

Rabu, 06 Maret 2019

Gara-Gara Virus Flu Burung, Beralih Profesi dari Peternak Ayam Ras Jadi Petani Coklat


Catatan Perjalanan Mahasiswa Tristar Group ke Blitar

Apresiasi Kisah Sukses Kampung Coklat dari Desa Kademangan Blitar, Ibarat Pepatah ”From Zero to Hero” (Naskah Terakhir, dari Dua Tulisan)


DALAM sesi Forum Diskusi dengan 83 Mahasiswa Tristar Group dan Dosen Pembimbing di Ruang Pertemuan Kampung Coklat, Sabtu (02/03/2019) siang, Direktur & Humas Perusahaan Perkebunan (PP) Kampung Coklat H. Mustaqim mengatakan, kisah sukses petani coklat di Desa Kademangan Blitar ini tidak semulus yang dibayangkan. Pasalnya, banyak suka duka yang harus mereka rajut, sebelum mencapai posisi yang boleh dikatakan sukses untuk ukuran sekarang.

Beberapa tahun silam, sebagian besar warga Desa Kademangan Blitar dan sekitarnya berprofesi sebagai peternak ayam ras, sebelum banting setir menjadi petani coklat. Alih profesi menjadi petani coklat (Theobroma Cacao, Linn.) tidak lepas dari bencana virus flu burung (N1H1) yang menyerang tenak-ternak unggas di Jatim termasuk di Desa Kademangan Kabupaten Blitar.

Akibat merajalelanya wabah flu burung (N1H1) ketika itu, berdampak buruk bagi kelangsungan usaha petenak ayam ras di sini. Para peternak pun terpuruk bahkan sampai harus gulung tikar (collaps) dengan meninggalkan banyak utang di bank.

Masa-masa sulit itu justru menyatukan mereka untuk bangkit kembali dari keterpurukan. Atas inisiatif salah satu mantan peternak, mereka lantas menemui H. Muhammad Cholid Mustofa, yang dikenal warga sekitar sebagai petani coklat senior dan boleh dikatakan berhasil di lingkungan Desa Kademangan, Kabupaten Blitar.

Eks peternak ayam itu mengutarakan maksudnya kepada H. Muhammad Cholid Mustofa untuk diajari bagaimana menjadi petani coklat yang tahan banting dan sukses seperti dirinya. Gayung pun bersambut, H. Muhammad Cholid Mustofa bersedia mengajari mereka sejak pemilihan biji coklat yang matang untuk benih. Dari benih dijadikan bibit tanaman sampai umur setahun, sebelum ditanam di kebun.

Puluhan eks peternak ayam tersebut pun antusias dengan proses transfer ilmu yang disampaikan H. Muhammad Cholid Mustofa. Dengan sabar dan telaten, H. Muhammad Cholid Mustofa mengajari mereka sejak pemilihan bibit, proses penanaman, pemeliharaan tanaman coklat, pemupukan, penjarangan daun, pemilihan buah coklat hingga penanganan pasca panennya.

Bulan berganti tahun, tahun berganti tahun, tanaman coklat yang diusahakan di lahan bekas peternakan ayam ras tersebut kini menghijau dan tumbuh subur. Setelah memasuki tahun keempat tanaman coklat yang mereka usahakan mulai belajar berbuah.

Senyum sumringah pun tampak dari raut wajah para eks peternak ayam itu. Puji syukur Alhamdulillah pun dipanjatkan atas progress yang mereka jalani, setelah mereka itu memutuskan beralih profesi menjadi petani coklat pemula.

Puluhan eks peternak ayam ras ini juga diajak H. Muhammad Cholid Mustofa membentuk badan hukum, Koperasi Petani Coklat pada 2009-an, agar hasil panenannya nanti punya nilai tawar lebih tinggi di pasaran. Pasalnya, kalau hasil panen berupa biji coklat dari petani coklat ini langsung dijual ke tengkulak, harganya pasti anjlok akibat ulah nakal tengkulak. Pasalnya, para tengkulak itu juga jemput bola ke sentra-sentra petani coklat di Blitar dan sekitarnya.

Rata-rata koperasi petani coklat di Desa Kademangan dan sekitarnya ini mampu menghasilkan 10-15 ton biji coklat per harinya. Biji coklat ini kemudian dipasarkan ke pabrikan dan dikirim ke gudang eksporter di Surabaya.

Dalam perkembangannya, tepatnya 2016 lalu, Koperasi Petani Coklat membentuk Kerja Sama Operasional (KSO) yakni Perusahaan Perkebunan (PP) Kampung Coklat, yang anggotanya lebih dari 200 petani coklat dari Desa Kademangan Kabupaten Blitar dan sekitarnya.

Dari hasil KSO tersebut, H. Muhammad Cholid Mustofa dipercaya sebagai Owner-nya dan H. Mustaqim sebagai Direktur & Humas PP Kampung Coklat. Kampung Coklat juga melibatkan Pakar Percoklatan, Imam Bachrawi, yang merupakan seorang pensiunan Pegawai PTPN (memiliki pengalaman kerja 22 tahun di bidang percoklatan) dan ditunjuk menjadi Head Chef-nya.

Berangkat dari sinilah, Kampung Coklat sekarang menjadi jujukan wisatawan dalam negeri baik dari kota-kota besar di Jatim maupun yang datang dari luar Jawa. Ribuan wisatawan domestik itu ingin melihat dari dekat keunikan Kampung Coklat sebagai objek wisata pendidikan, yang mulai diperhitungkan eksistensinya baik di Jatim pada umumnya dan khususnya di Kabupaten Blitar.

Fakta sekarang ini menunjukkan bahwa Kampung Coklat pada hari biasa rata-rata hanya dikunjungi 1.500 orang per harinya, namun jika bertepatan hari Besar (Liburan) maka pengunjung Kampung Coklat Desa Kademangan, Kabupaten Blitar, bisa mencapai 10.000 orang per harinya. ”Ini luar biasa. Amazing bangetlah. Fakta ini betul-betul di luar ekspektasi kami sebagai pengelola,” kata Direktur PP Kampung Coklat H. Mustaqim kepada kru www.culinarynews.info, akhir pekan lalu.

Apalagi hasil panen yang semula hanya berupa biji coklat kemudian diproses menjadi bubuk coklat, sekarang telah menjelma menjadi aneka produk turunan –aneka permen, kue dan roti (cakes & bakery), ice cream, chocolate pudding, meses, selai coklat, choco jelly, susu coklat, aneka minuman berbasis coklat dan olahan coklat lainnya seperti coklat original, white chocolate dan terakhir berupa dark chocolate-- yang bernilai ekonomi dan punya nilai tambah (added value) tinggi, demi masa depan PP Kampung Coklat yang mempekerjakan 345 orang karyawan dan ratusan petani coklat yang menjadi mitra usahanya.

"Melihat kisah sukses PP Kampung Coklat maka tepat jika kami mengajak rombongan mahasiswa Pastry Class Tristar Group –Tristar Jemursari, Tristar Kaliwaron dan Tristar Manyar—studi banding ke Desa Kademangan, Kabupaten Blitar. Kisah mereka itu sangat layak jika kita apresiasi, From Zero to Hero,” kata Chef Otje H. Wibowo SE., M.Par, Dosen Pengajar Pastry Tristar Group, yang dipercaya sebagai pimpinan rombongan mahasiswa pada acara Blitar Tour 2019.

Antusiasme mahasiswa menikmati aneka produk olahan coklat khas Kampung Coklat terlihat saat mereka ramai-ramai memborong aneka produk olahan coklat yang tersedia di Galery Coklat. Aneka olahan produk coklat itu ditata demikian cantik dan menarik, sehingga membuat betah pengunjung yang sedang belanja di sana.

Aksi borong mahasiswa untuk oleh-oleh itu dilakoni usai mereka mengikuti agenda keliling area Kampung Coklat, Cooking Class (menghias permen coklat berbentuk hati) dan dipungkasi dengan acara Forum Diskusi dengan dua unsur pimpinan PP Kampung Coklat –H. Mustaqim dan Imam Bachrawi-- yang dipandu langsung oleh Chef Otje H. Wibowo.

Anda tertarik dengan aneka kegiatan mahasiswa Tristar Group, silakan menghubungi Tim Marketing Tristar Group yang berkampus di Gedung Graha Tristar Jl Raya Jemursari No. 244 Surabaya, Telp. (031) 8433224-25, sekarang juga. (ahn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar