Catatan Perjalanan Mahasiswa Tristar Group ke Blitar
Apresiasi Kisah Sukses Kampung Coklat dari Desa
Kademangan Blitar, Ibarat Pepatah ”From Zero to Hero” (Naskah Terakhir, dari
Dua Tulisan)
DALAM sesi Forum Diskusi dengan
83 Mahasiswa Tristar Group dan Dosen Pembimbing
di Ruang Pertemuan Kampung Coklat, Sabtu (02/03/2019) siang, Direktur & Humas Perusahaan Perkebunan
(PP) Kampung Coklat H. Mustaqim mengatakan, kisah sukses petani coklat di
Desa Kademangan Blitar ini tidak semulus yang dibayangkan. Pasalnya, banyak
suka duka yang harus mereka rajut, sebelum mencapai posisi yang boleh dikatakan
sukses untuk ukuran sekarang.
Beberapa tahun silam, sebagian besar warga
Desa Kademangan Blitar dan sekitarnya berprofesi sebagai peternak ayam ras,
sebelum banting setir menjadi petani coklat. Alih profesi menjadi petani coklat
(Theobroma Cacao, Linn.) tidak lepas
dari bencana virus flu burung (N1H1) yang menyerang tenak-ternak unggas di
Jatim termasuk di Desa Kademangan Kabupaten Blitar.
Akibat merajalelanya wabah flu burung (N1H1)
ketika itu, berdampak buruk bagi kelangsungan usaha petenak ayam ras di sini.
Para peternak pun terpuruk bahkan sampai harus gulung tikar (collaps) dengan meninggalkan banyak utang
di bank.
Masa-masa sulit itu justru menyatukan mereka
untuk bangkit kembali dari keterpurukan. Atas inisiatif salah satu mantan
peternak, mereka lantas menemui H. Muhammad
Cholid Mustofa, yang dikenal warga sekitar sebagai petani coklat senior dan
boleh dikatakan berhasil di lingkungan Desa Kademangan, Kabupaten Blitar.
Eks peternak ayam itu mengutarakan maksudnya
kepada H. Muhammad Cholid Mustofa untuk diajari bagaimana menjadi petani coklat
yang tahan banting dan sukses seperti dirinya. Gayung pun bersambut, H. Muhammad
Cholid Mustofa bersedia mengajari mereka sejak pemilihan biji coklat yang
matang untuk benih. Dari benih dijadikan bibit tanaman sampai umur setahun, sebelum
ditanam di kebun.
Puluhan eks peternak ayam tersebut pun
antusias dengan proses transfer ilmu yang disampaikan H. Muhammad Cholid
Mustofa. Dengan sabar dan telaten, H.
Muhammad Cholid Mustofa mengajari mereka sejak pemilihan bibit, proses
penanaman, pemeliharaan tanaman coklat, pemupukan, penjarangan daun, pemilihan
buah coklat hingga penanganan pasca panennya.
Bulan berganti tahun, tahun berganti tahun, tanaman
coklat yang diusahakan di lahan bekas peternakan ayam ras tersebut kini
menghijau dan tumbuh subur. Setelah memasuki tahun keempat tanaman coklat yang
mereka usahakan mulai belajar berbuah.
Senyum sumringah pun tampak dari raut wajah para
eks peternak ayam itu. Puji syukur Alhamdulillah
pun dipanjatkan atas progress yang
mereka jalani, setelah mereka itu memutuskan beralih profesi menjadi petani
coklat pemula.
Puluhan eks peternak ayam ras ini juga diajak
H. Muhammad Cholid Mustofa membentuk badan hukum, Koperasi Petani Coklat pada 2009-an, agar hasil panenannya nanti
punya nilai tawar lebih tinggi di pasaran. Pasalnya, kalau hasil panen berupa biji
coklat dari petani coklat ini langsung dijual ke tengkulak, harganya pasti
anjlok akibat ulah nakal tengkulak. Pasalnya, para tengkulak itu juga jemput
bola ke sentra-sentra petani coklat di Blitar dan sekitarnya.
Rata-rata koperasi petani coklat di Desa
Kademangan dan sekitarnya ini mampu menghasilkan 10-15 ton biji coklat per
harinya. Biji coklat ini kemudian dipasarkan ke pabrikan dan dikirim ke gudang
eksporter di Surabaya.
Dalam perkembangannya, tepatnya 2016 lalu, Koperasi Petani Coklat membentuk Kerja Sama
Operasional (KSO) yakni Perusahaan Perkebunan (PP) Kampung Coklat, yang
anggotanya lebih dari 200 petani coklat dari Desa Kademangan Kabupaten Blitar
dan sekitarnya.
Dari hasil KSO tersebut, H. Muhammad Cholid
Mustofa dipercaya sebagai Owner-nya
dan H. Mustaqim sebagai Direktur & Humas PP Kampung Coklat. Kampung Coklat
juga melibatkan Pakar Percoklatan, Imam Bachrawi, yang merupakan seorang pensiunan
Pegawai PTPN (memiliki pengalaman kerja 22 tahun di bidang percoklatan) dan ditunjuk
menjadi Head Chef-nya.
Berangkat dari sinilah, Kampung Coklat
sekarang menjadi jujukan wisatawan dalam negeri baik dari kota-kota besar di
Jatim maupun yang datang dari luar Jawa. Ribuan wisatawan domestik itu ingin
melihat dari dekat keunikan Kampung Coklat sebagai objek wisata pendidikan,
yang mulai diperhitungkan eksistensinya baik di Jatim pada umumnya dan khususnya
di Kabupaten Blitar.
Fakta sekarang ini menunjukkan bahwa Kampung
Coklat pada hari biasa rata-rata hanya dikunjungi 1.500 orang per harinya,
namun jika bertepatan hari Besar (Liburan) maka pengunjung Kampung Coklat Desa
Kademangan, Kabupaten Blitar, bisa mencapai 10.000 orang per harinya. ”Ini luar
biasa. Amazing bangetlah. Fakta ini betul-betul
di luar ekspektasi kami sebagai pengelola,” kata Direktur PP Kampung Coklat H. Mustaqim
kepada kru www.culinarynews.info,
akhir pekan lalu.
Apalagi hasil panen yang semula hanya berupa biji
coklat kemudian diproses menjadi bubuk coklat, sekarang telah menjelma menjadi
aneka produk turunan –aneka permen, kue dan roti (cakes & bakery), ice cream, chocolate pudding, meses, selai coklat, choco jelly, susu coklat,
aneka minuman berbasis coklat dan olahan coklat lainnya seperti coklat original, white chocolate dan terakhir berupa dark chocolate-- yang bernilai ekonomi dan punya nilai tambah (added value) tinggi, demi masa depan PP
Kampung Coklat yang mempekerjakan 345 orang karyawan dan ratusan petani coklat
yang menjadi mitra usahanya.
"Melihat kisah sukses PP Kampung Coklat maka
tepat jika kami mengajak rombongan mahasiswa Pastry Class Tristar Group –Tristar
Jemursari, Tristar Kaliwaron dan Tristar Manyar—studi banding ke Desa
Kademangan, Kabupaten Blitar. Kisah mereka itu sangat layak jika kita
apresiasi, From Zero to Hero,” kata
Chef Otje H. Wibowo SE., M.Par, Dosen Pengajar Pastry Tristar Group, yang
dipercaya sebagai pimpinan rombongan mahasiswa pada acara Blitar Tour 2019.
Antusiasme mahasiswa menikmati aneka produk
olahan coklat khas Kampung Coklat terlihat saat mereka ramai-ramai memborong aneka
produk olahan coklat yang tersedia di Galery Coklat. Aneka olahan produk coklat
itu ditata demikian cantik dan menarik, sehingga membuat betah pengunjung yang sedang
belanja di sana.
Aksi borong mahasiswa untuk oleh-oleh itu
dilakoni usai mereka mengikuti agenda keliling area Kampung Coklat, Cooking Class (menghias permen coklat
berbentuk hati) dan dipungkasi dengan acara Forum Diskusi dengan dua unsur
pimpinan PP Kampung Coklat –H. Mustaqim dan Imam Bachrawi-- yang dipandu langsung
oleh Chef Otje H. Wibowo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar