Mahasiswa
D3 Akpar Majapahit Jemursari Gelar UKM Kewirausahaan
Buat Kreasi Donat dan Jelly Milk, Laris Manis Diorder
Konsumen
SETELAH menunggu hampir tiga
pekan pasca liburan Natal dan Tahun Baru 2016, Akademi Pariwisata (Akpar)
Majapahit Jemursari menghelat Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kewirausahaan terkait Matakuliah Keahlian dan
Ketrampilan (MKK) Terpadu. UKM Kewirausahaan ini diikuti 22 mahasiswa D3
Perhotelan dan dihelat selama empat hari kerja mulai Kamis (21/01/2016) sampai
Senin (25/01/2016).
Jika
pada Kamis (21/01/2016) lalu, mahasiswa bahu membahu menyiapkan lima macam
makanan Jepang dengan citarasa Indonesia, yakni (1). Nasi Jepang (Sego Jepang)
bumbu Kimochi dan Oranje, (2). Takoyaki, (3). Sushi Jawa, (4). Ekkado dan (5).
Wecimiyaki di Dapur Uji Kampus Jl Raya Prapen Indah J-5 (Kampus J-5).
Pihak
akademik mempercayakan Dosen Culinary Akpar Majapahit Adeline Nadya Daniel atau
yang akrab disapa Chef Della, untuk mendampingi mahasiswa dalam menyukseskan
pelaksanaan UKM Kewirausahaan tersebut.
Untuk membuat lima macam masakan Jepang, 22 mahasiswa itu mendapat pinjaman modal usaha sebesar Rp
2,2 juta (@ Rp 100.000 perorang) dari pihak kampus.
Sementara
itu pada keesokan harinya, Jumat (22/01/2016), giliran mereka membuat Kreasi
Donat dan Jelly Milk dengan mengusung brand Zugamama.
Dosen Pastry Akpar Majapahit Chef Otje Herman Wibowo ditunjuk pihak akademik
untuk mengawal mahasiswa selama kegiatan tersebut berlangsung di Dapur Uji
Kampus J-5.
Ditemui
kru www.culinarynews.info di Dapur Uji J-5,
Jumat (22/01/2016), Agung Budi Dharma mengatakan, UKM Kewirausahaan ini menjadi
tantangan tersendiri bagi mahasiswa D3 Akpar Majapahit untuk menunjukkan
kebersamaan dalam menjalankan sebuah usaha dengan pendekatan manajemen
kekinian.
Untuk
mengorganisir agar semua bagian berjalan sesuai rencana, pihaknya berbagi tugas
agar semua personel punya tanggung jawab sesuai job desk-nya masing-masing. Dengan demikian, tidak ada satupun
mahasiswa yang menganggur saat temannya yang lain sibuk bekerja di dapur.
Pasalnya, ada mahasiswa yang kebagian tugas mempersiap etiket untuk kemasan
jelly milk dan donat hingga memasarkannya.
”Kita
sepakat bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana kiprah seluruh
anggota tim –dari 22 mahasiswa yang terlibat—menunjukkan kinerja dan tanggung
jawab demi memperoleh hasil yang maksimal yakni bagaimana meraih untung kala
dipercaya kampus menjalankan bisnis sekalipun dalam skala kecil,” terang Agung.
Dari
pihak kampus, mahasiswa hanya dimodali Rp 500.000 sebagai pinjaman. Modal
tersebut dipakai untuk membuka usaha pastry –membuat donat dan jelly milk— yang
produknya bisa diterima konsumen dengan harga terjangkau dan pelaksananya mampu
meraih profit.
Tentu
saja tantangan itu direspons positif oleh mahasiswa, setelah sehari sebelumnya
sukses menjajakan lima macam makanan Jepang dengan citarasa Indonesia yang
diproduksi pada Kamis (21/01/2016).
Sukses
ini karena pihaknya bahu-membahu menawarkan produk itu kepada konsumen –mahasiswa,
dosen, karyawan Akpar Majapahit dan kalangan umum-- dengan harga kompetitif sepekan sebelum hari
H makanan Jepang tersebut dibuat di Dapur Uji Kampus J-5..
”Begitu
juga untuk menjajakan donat dan jelly milk yang kita bikin, juga ditawarkan ke
konsumen sepekan sebelum diproduksi. Tak salah jika preorder (PO) yang masuk
untuk pemesanan donat menembus 24 pack. Harga setiap pack-nya (isi 6 buah)
dipatok Rp 15.000,” ujarnya.
Sedangkan
preorder (PO) untuk pemesanan jelly milk mencapai 80 botol (isi 250 ml). Setiap
botol harganya dibandrol Rp 7000. Daya
tarik konsumen terhadap jelly milk yang dibuat mahasiswa karena ada tujuh
pilihan rasa yakni coklat, strawberry, oreo, vanilla, rum, mollen dan taro.
Kegiatan UKM Kewirausahaan ini terus bergulir selama tiga hari hingga Senin
(25/01/2016).
Melihat
trend permintaan selama tiga hari
(rata-rata PO untuk donat di atas 70 pack per hari dan jelly milk 80 botol
lebih setiap harinya, maka pihaknya optimistis bisa menagguk untung 35 persen.
Dari profit kotor 35 persen setelah dipotong modal Rp 500.000, pihaknya masih
membagi keuntungan kepada kampus 15 persen, sehingga keuntungan bersih yang
menjadi hak mahasiswa tinggal 20 persenan.
”Hitung-hitungan
tersebut sudah saya sampaikan kepada teman-teman. Kita sepakat untuk mengejar
keuntungan bersih 20 persenan, setelah dipotong modal Rp 500.000 dan sharing profit
15 persen kepada pemberi modal. Mudah-mudahan profit bersih dari usaha ini tembus,
Tentunya setelah total pendapatan usaha (omzet) selama tiga hari itu diaudit
oleh pihak keuangan kampus,” paparnya.
Asisten
Direktur III Bidang Kemahasiswaan Akpar Majapahit Maftucha Dipl.Hot., SE, M.Par
memberi apresiasi tinggi terhadap sepak terjang 22 mahasiswa D3 yang bekerja all out menyukseskan gelaran UKM Kewirausahaan
yang dihelat selama empat hari di Dapur Uji J-5 sejak pekan lalu.
Dengan
praktik langsung bagaimana mengelola usaha sendiri –sekalipun masih dalam skala
mikro kecil-- pihaknya optimistis jika
pembelajaran ini menjadi bekal berharga bagi mahasiswa untuk diaplikasikan setelah
kelak mereka lulus kuliah dan mendedikasikan ilmunya kepada masyarakat.
”Saya
juga berharap bahwa dengan pembelajaran langsung seperti ini bakal melahirkan entrepreneur-entrepreneur muda yang andal
di masa mendatang. Diantaranya adalah para lulusan dari Akpar Majapahit,”
tandas Bu Ucha, sapaan akrabnya kepada kru www.culinarynews.info di ruang kerjanya, kemarin. (ahn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar